Wednesday, March 31, 2010

[my favorite author] Marah Rusli.. dokter hewan yang nyastro *

Bismillah

Menulis tentang beliau berarti mengembalikan ingatan tentang kebiasaan kecilku.

Waktu itu, ketika aku kelas 1 SD, ayahku membiasakan aku untuk mencatat jejak rekam buku yang telah aku  baca, catatannya meliputi: judul buku, nama pengarang, tahun terbit, jumlah halaman, inti cerita dan keterangan yang ditandai dengan aku suka/tidak. Bisa dibilang, buku apa saja aku ‘lahap’ saat itu, hingga pada jelang pindah rumah kami; 8 Oktober 1992, aku telah membaca lebih kurang 327 buku. Tetapi, walau semua buku boleh aku baca, nyatanya ada juga buku yang belum boleh aku baca, dan itu ada ditumpukan rak rotannya yang berwarna coklat, yang dicat sejak tahun 1986. Yang aku ingat, rak itu selalu terkunci dengan gembok kecil berwarna coklat pula.

Sampai pada suatu sore, aku dapat kesempatan ‘menguak’ rak itu. Wow, hampir semuanya roman lama. Dan aku ‘mencuri’ satu buku, aku terpikat dengan sampulnya, seorang pemuda dengan pakaian adat bersama seekor kuda dan seorang gadis yang juga berpakaian adat, membaca judulnya, LA HAMI; kayak nama orang Bima *mikirku*. Dan benar, La Hami memang seorang pemuda Bima yang bernama asli Abdul Hamid.

Di kamar, aku membolak balik buku itu, memeriksa hurufnya yang begitu rapat dan kecil kecil, halamannya tebal, tapi masih tebal buku 100 Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah cetakan tahun 1990 yang terdiri atas 515 halaman dan aku menyelesaikan menyelesaikannya dalam waktu 4 hari, rekor bacaku saat kelas 1 SD.

Novel La Hami tentu berbeda, aku penasaran dengan pengarangnya, aku ingin tahu, dia dari mana, kok bisa menulis cerita dengan latar belakang Bima daratan di awal abad 20. Dan babak baru pun dibuka, aku berkenalan dengan seorang penulis besar..

MARAH RUSLI

Aku buka di lembaran paling akhir, ada riwayat singkat beliau.

Pengarang kelahiran Padang, 7 Agustus 1889 adalah putra bangsawan Sultan Abu Bakar. Dia didepak dari Padang karena menikahi seorang gadis Sunda pada tahun 1919. Profesinya sebagai dokter hewan mengharuskan dia untuk siap mengabdi hingga pelosok Indonesia, dan sampailah dia di pulau Sumbawa, daratan yang gersang tapi dicintai olehnya hingga mengilhaminya untuk menulis ‘La Hami’, sebuah cerita kepahlawanan seorang pemuda pribumi yang cukup popular di Bima. Selain La Hami, dia juga menulis roman terkenal, Siti Nurbaya.

Ouwh, ternyata beliau orang Padang yang pernah berinteraksi lama dengan masyarakat pulau Sumbawa NTB.

Di kemudian hari, seiring perkembangan teknologi yang pesat, ada info lain yang bisa aku dapat.

Marah Rusli atau Marah Roesli bin Aboe Bakar , ternyata seorang dokter hewan yang berdedikasi tinggi, dia pensiun pada tahun 1952 dengan jabatan akhir sebagai Dokter Hewan Kepala.  Selain menekuni dunia kesehatan hewan, beliau juga mencintai susastra seperti dongeng yang diceritakan para tukang kaba semasa kecilnya di Sumatera Barat, mungkin seperti pendongeng di Aceh.

Dalam perjalanan kepenulisannya, beliau telah menghasilkan karya :

1.      Sitti Nurbaya, di tahun 1920 oleh Balai Pustaka dan pernah mendapat hadiah dari Pemerintah RI tahun 1969 serta telah diterjemahkan dalam bahasa Rusia. Roman ini sepertinya diilhami dari kisah percintaan beliau dengan gadis Sunda yang sebelumnya sempat tidak direstui oleh keluarga besarnya di Padang. Membaca roman ini, akan banyak hikmah yang bisa kita ambil, antara lain bahwa adat bukanlah pedoman yang kaku.

2.       Hami, diterbitkan tahun 1924 oleh Balai Pustaka

3.      Anak dan Kemenakan, diterbitkan tahun 1956 oleh Balai Pustaka

4.      Memang Jodoh

5.     Tesna Zahera dan ditambah satu terjemahan yang berjudul Gadis yang Malang.

Masa itu, La Hami jadi sahabat eratku. Aku tersihir dengan tulisan Marah Rusli, dia mampu menggambarkan suasana Bima pascaletusan gunung Tambora, akulturasi indah antara kesultanan Gowa dan kerajaan Mbojo *Bima*, hubungan yang hangat kerajaan-kerajaan di NTT serta kondisi sosial saat itu. Kisah lainnya, adalah nama nama tempat, misalnya Dompu yang dulu bernama Dompo *ada dalam sumpah amukti gajah mada*, yang artinya potong, atau daerah yang memotong Sumbawa dan Bima.

Dokter hewan yang nyastro, buatku beliau adalah pahlawan pribadiku, karena dari novel itu juga yang menginspirasiku untuk menulis tentang ‘Pemukiman yang Saya Idamkan’ dan sempat jadi salah satu tulisan yang dipamerkan saat Hari Habitat II PBB di Istanbul Turki di tahun 1996. Dalam pikiranku saat itu, orang dari luar saja tahu banyak tentang Bima, mengapa aku selaku anak pribumi tidak.

Marah Rusli meninggal pada tanggal 17 Januari 1968 di Bandung. Di akhir hayatnya, beliau digelari Bapak Roman Modern Indonesia oleh H.B. Jassin. Karena memang setelah beliau, muncul penulis periode Balai Pustaka lainnya, yang menulis banyak cerita ber-setting kondisi sosial saat itu dan ini menjadi warisan buat kita, generasi yang ingin melihat sejarah Indonesia di tahun 20-an. Bukankah bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarahnya ?? :)

Wallohu’alam.

Kalemboade.

 * diikutkan dalam kuis my favorite author

 

25 comments:

Wicak yuhuuu said...

wah dokter hewan

pasti

ipb

dudududu

zukhruf an Navis said...

la hami itu crita yg menceritaakn kisah cinta sejati ya bu...??pasangannya siapa bu namanya...
itu tho yg menceritakan kisah seorang menunggu kekasihnya hingga menjadi batu??

Ivonie Zahra said...

Novel lama bnget ya. Msh ada gak y sekarang, De? :-D

ulfana zip said...

la hami ceritanya tentang apa ya??jadi pengen baca...

ade mataho said...

hohoho

pd

ga tw juga ding

info ttg t4 kuliahnya rada terbatass...

ato mw nyariin :D

Wicak yuhuuu said...

sama aja kek taufik ismail pan..

dokter hewan juge

ade mataho said...

cinta sejati, patriotisme..........
tapi gag pake jadi batuuu
itu ada lagi, kisah rakyat Bima, judulnya wadu ntada rahi *batu [jelmaan istri] yang mencari suaminya*

ade mataho said...

iya lama banget
ade aja terakhir megang tahun 1996-an
coz setelah itu dipinjem ma temen dan iiillaaaaaaaaaaaaaaaanggggggggggggggg
pernah nyari di shoping jogja, tapi da ga ada.. :)

ade mataho said...

perjuangan seorang pemuda bernama La Hami..

ade mataho said...

yup
sama Asrul Sani juga

zukhruf an Navis said...

oh kliru aku....ta kirain itu,,iya kisah rakyat BIMA bu..

ade mataho said...

ko tau buu..
oya Rompa yg dulu dirimu tnyain tuh tnyta bukan kulit, tapi apa gitu aku lupa.. :)

oya ttg kisah batu tadi ada lagunya
mau hhe
*suka dinyanyiin ma teman2ku di BEM dulu pas mrk idupin lepiku hhe*

ade mataho said...

sepertinya IPB :p
http://www.larousse.fr/encyclopedie/litterature/Marah_Rusli/175142

riwayat pendidikannya lebih lengkap disitus itu.. :D

Rumah Hijau said...

thanks artikel ini, salah seorang penulis yang saya suka

ade mataho said...

sami2
kalo ada info2 bisa dishare di sini :)

azis rizki said...

m0ga menang l0mbne :D

gita lovusa said...

waaaw, subhanallah. aku sama sekali belum pernah baca karya2 beliau :(
btw, Pemukiman yang Saya Idamkan ada link-nya ngga, mbak, yang bisa dibaca?

makasih ya, udah berpartisipasi..

Rumah Hijau said...

sedikit tambahan, siapa tahu bermanfaat :-)

http://www.tamanismailmarzuki.com/tokoh/marahrusli.html

ade mataho said...

hehehe
amiinnnnnnnnnnnnnnnn

banyak yg bagus2 Qii
pi yang pnting ikuuddd

ade mataho said...

Recomended..
*gaya ne ade*
iya mba,, ade punyanya yang dulu2 :)

hmm ttg Pemukiman yang Saya Idamkan, ade masih usaha nyarii, tapi belum nemu di arsipna PBB
mungkin udah keselip pas perang dimana gitu mba, coz da lama... :)

ade mataho said...

alhamdulillah
sudah mampir ke sana juga :)

Farid Asbani said...

Bikin Book Report sejak SD Ya? Simbah baru ngelakuin ini pas kuliah...
*telat banget...

ade mataho said...

itu juga karena paksaaan juraga mbah.. :D
maklum zaman masih kecil
tapi cukup menyenangkannn

Salman Rafan Ghazi said...

ho, iya, siti nurbaya top markotop deh.

ade mataho said...

marah rusli memang top