Sunday, May 9, 2010

[sebuah upacara] SUNA RA NDOSO

Bismillah

Sambil menunggu menu makan siang di wisma Joglo, iseng temanku membuka netbuk-ku, meluncur ke folder ‘mafamz’ dan klik again ‘maNASHku’ then ‘La Rangga’. Foto foto, kegiatan sunatan adekku rupanya menarik perhatiannya dan dia minta diceritain.

Berikut sedikit hasil share-ku tadi siang.

Sunatan atau khitanan, di Dompu biasa dikenal dengan acara suna ra ndoso. Tradisi yang telah lama dilakukan sebagai salah satu wujud eksistensi agama Islam di Dompu.

Karena telah terakulturasi dalam budaya Dompu, maka ada beberapa hal yang memang diselaraskan dengan adat.

Di acaranya adekku, ada beberapa proses yang memang harus dilakukan, tapi ada juga secara ‘kesepakatan’ keluarga di-cut. Beruntung, meski aku ada di Jogja tapi tak menghalangi keluarga di rumah untuk tetap ngasih aku tugas, yup, aku dapat jatah desain dan cetak undangan plus hunting souvenir, karena di Jogja untuk 2 item tadi cukup terjangkau.

Alhamdulillah, kebagian jatah undangan, so aku bisa tau prosesnya walaupun aku ga pernah melihatnya. Berikut proses yang sempat terekam dalam acaranya Nas [ma lil bro], mungkin ada perbedaan dengan pakem yang ada karena memang sudah di-edit disesuaikan kemampuan keluarga ^^

…. 3 minggu sebelum acara ….

Musyawarah [mbolo weki]

Di sini, adalah adanya musyawarah antarkeluarga untuk menyepakati hari dan bentuk acara serta mendata sejumlah keperluan yang aka nada dalam acara itu.

…. Jelang Hari-H ….

Hari 1 [malam I]

Doa bersama [Ngaji Jama’]

Maksud dari acara ini, agar acara yang akan dilangsungkan berjalan dengan lancar tanpa gangguan yang berarti.

Pemasangan inai [Kapanca]

gambar 1 n 2[ almh. nenek sedang meng-kapanca, kapanca dari 2 guru ngaji-nya Nas]


Hal ini dimaksudkan, agar si anak merasa terhibur, dikuatkan dalam proses sunatannya nanti. Pada prosesi ini, yang memberikan inai adalah orang tua, keluarga atau tokoh masyarakat yang ada di sekitar rumah si anak.

Pemasangan keris [Compo Sampari]

Sunatan bagi seorang anak laki laki adalah penanda dia untuk masuk di gerbang ‘dewasa’. Dan kebiasaan di Dompu, simbolnya adalah keris. Tujuan lainnya, adalah agar si anak tidak gentar dalam menghadapi ‘proses sunatannya’ besok. Biasanya di sini ada wejangan dari Uma Tua/Ato Tua/Kakek atau orang yang dituakan. Yang aku dengar waktu acaranya Nas, ada quote dari Ato Tua, bahwa karakter orang dompu ada dalam 4 semangat untuk mencari kehidupan : uma mataho, wei mataho, jara mataho, besi mataho yang artinya rumah yang baik, istri yang baik, kuda yang baik dan besi yang baik untuk kehidupan.. Bagi laki-laki, carilah 4 hal itu.

Makka [Gerakan menghulu keris]

Setelah penyematan keris, ada adegan si anak ‘menghunus kerisnya’ sembari mengucapkan beberapa kalimat pendek dalam bahasa Bima, tapi waktu adekku, adegan yang ini di-cut sama ayahku untuk menghindari hal hal yang tak diinginkan dan juga adekku cukup kesulitan untuk mengucapkan kalimat heroik itu. *sayang*

 

…. Hari II ….

gambar 3 dan 4 [tamu undangan di pintu masuk 'perempuan', MC dan perangkat acara]


Arak-arakan dengan menggunakan uma lige [rumah kecil yang diusung bersama sama]

Ini dilakukan sebagai salah satu ‘announce’, bahwa anak dari rumah A akan disunat sekaligus sebagai bentuk support buat si anak, bahwa banyak yang mendoakan dia. Pas adekku, arakannya cukup dekat, cukup dari rumahku langsung ke tempat acara yang berjarak 20 m alias persis di belakang rumahku.

Khataman Al Qur’an [Hatam Qaro’a]

[Khataman Al Qur'an, tampak guru ngaji dan ayah tercinta ^^]


Mungkin ini salah satu alasan, mengapa di Dompu sunatan dan khitanan biasanya setelah umur 6-7 tahun karena memang diutamakan untuk belajar mengaji dahulu sebelum disunat. Waktu di sini, aku sempat dibuat ‘mewek’ sama adekku, soalnya sebelum khataman dia sempat nelpon aku terus bilang ‘kak, jangan dimatiin ya, dengarin Nash hatam’. Dan henfon itu dia letakkin persis di sampingnya, jadi aku benar benar mendengar suaranya dia, Alhamdulillah ya Allah, dia gag grogi sedikit pun, suara dan bacaannya lancar saja, padahal di depan 2000-an undangan ^^. Malah yang deg deg campur haru, aku yang di Jogja hhehe

Doa dan perjamuan bersama [Terkane’E dan Jambuta]


tampak suasana makan bersama, tausiyah oleh ulama Dompu [H.Salman Faris] dan doa oleh Umi Atun .


Acara ini dilakukan tepat sebelum proses sunatan berlangsung, biasanya berkisar antar 2 hingga 3,5 jam. Bersama undangan melakukan doa bersama, bermohon pada yang Maha Kuasa agar si anak yang disunat selamat, lukanya cepat sembuh, sehat kembali, bisa beraktivitas seperti biasa, menjadi anak yang sholeh dan taat pada orang tua, agama dan bangsa.

Sunatan [Suna]

Proses ini dilakukan bekerjasama dengan petugas kesehatan setempat. Biasanya, sembari mengucapkan lafadz dan dzikir pada Allah SWT. Kalau dalam foto ini, dia lagi lagi sambil telponan ma kakak-nya tercinta itu, sambil ngadu antara sakit dan geli ^^.

saat sunatan dan compo sampari ^^


Yup, itu sedikit tentang proses ‘suna ra ndoso’ di Dompu, semoga bermanfaat.


Kalembo ade


09052010


No comments: