Sunday, June 14, 2009

Percik perca 2007

Tadi malam, ba’da magrib  aku dapat sms dari Retno (bukan nama asli), siswa SMK di Klaten. “Alhamdulillah, aku lulus mba, makasih banget untuk 2 tahun lalu”.

Ya, sebut saja namanya Retno. Saat itu, penghujung 2007, aku bersama teman-teman BEM Rema UNY 2007 pergi ke RS Hidayatullah Klaten, menjenguk akh Uki yang patah tulang karena kecelakaan di jalan Magelang. Tiba di sana, ternyata sudah ada teman-teman Takmir Mujahidin (masjidku yang akan ‘dirobohkan’) dan UKKI UNY (Unit Kegiatan Kerohanian Islam). Setelah bertemu, tampak tangan dan kakinya digips, aku sempat berjoke ria. ‘Yaelah, ketua MPM sakit, masa LPJ sama akh Yoto, ga banget hhe’, ‘De, gantian ya, kemarin saya sama teman-teman takmir yang jenguk ade di Bethesda, sekarang malah kalian kan..’, ujarnya sambil senyum kesakitan karena memang belum boleh ngomong banyak, tawa pun kembali menghangatkan ruangan itu. Setelah sempat ngobrol juga dengan keluarganya, aku minta ijin keluar, teman-teman yang putri pada nyeletuk, makanya bisa bahasa Jawa dong. Yupz dari tadi mereka memang menggunakan bahasa Jawa Kromo, aku cuma bisa menangkap sedikit, selebihnya kalau mereka ketawa aku ikut senyum, itu saja *nasip. Aku keluar dengan Ida, kebetulan dia dari Lampung dan sedikit ga nyambung dengan apa yang diomongin. Ida kemudian duduk di bangku panjang, sedang aku melanjutkan perjalanan, tujuanku mampir di ruang pasien yang lain, jarang-jarang kan ke RS. *fiuh.

Sambil berjalan, menyusuri koridor itu (aku lupa namanya), aku mampir di sebuah ruangan, ada 4 ranjang, salah satunya tampak ibu yang baru saja melakukan operasi caesar (tulisannya benar ga?), sedikit ngobrol dengan keluarganya, ternyata mereka dari Wedi Klaten dan dulu termasuk korban gempa. Takut mengganggu, akhirnya aku pamit keluar. Di luar, ternyata aku disusul seorang ibu, sebut saja namanya Pariyem. Rupanya beliau ingin bercerita.  Aku mengajaknya duduk di bangku panjang dekat ruangan akh Uki, biar aku tahu kapan teman-teman mau pulang, aku ga mungkin ditinggal kan ?? (GR dikit). Cerita pun mengalir dari bibir beliau, logat Jawanya sedikit beda, karena beliau sempat tinggal di Jakarta belasan tahun dan baru 5 bulan ini kembali ke Wedi, selama di Jakarta, pekerjaannya berganti-ganti, pernah menjadi cleaning service, PRT dan terakhir sebagai pedagang asongan, itu semua beliau lakukan demi menghidupi 2 orang anaknya. Anak pertama, perempuan, baru naik kelas 3 SMK sedangkan yang kedua baru kelas 1 SMP. Anak yang kedua sekarang sudah pindah di Klaten, Permasalahannya, anak perempuannya masih di Jakarta, pihak SMKnya tidak memberikan surat ijin pindah sekolah dengan alasan anak ini belum membayar angsuran biaya bangunan dan lain-lain. Disebabkan beberapa hal itu pula, anak ini pun ga bisa mengikuti proses KBM dengan baik selama 1 semester ini dan beralih profesi sebagai pedagang asongan mengikuti jejak ibunya.

Hmm, masalahnya cukup berat, karena hubungannya Dinas Diknas 2 propinsi, DKI Jakarta dan Jawa Tengah. Obrolan kami cukup singkaat karena teman-temanku sudah mau balik ke Jogja, saat itu aku belum bisa menjanjikan apa-apa, sebagai tanda dulu, aku meminta identitas singkat putrinya beserta alamat sekolahnya yang di Jakarta plus nomor di Wedi yang bisa dihubungi,  dan aku diberikan nomor suami dari ibu yang habis di caesar tadi, aku pun memberikan nomor handphone dan telpon kosku, dengan sedikit janji, 4 hari lagi saya akan menghubungi ibu. Saat itu aku belum tahu mesti melakukan apa, tapi satu.. putri ibu ini mesti tetap sekolah.

Dalam perjalanan pulang, aku sempat cerita pada teman-teman, tapi mungkin karena kondisinya crowded *perjalanan jauh euy, jadi mereka tidak terlalu memperhatikan, dan juga sedang ada pembahasan yang lebih urgen.. LPJ BEM Rema UNY 2007 hoho. Sampai di kos sekitar jam 9, berarti di rumahku jam 10 malam, belum malam banget, aku mesti menghubungi bapakku, biasanya beliau punya saran-saran ekstra. ‘Pa, nelpon ade’, smsku karena pulsaku limit banget *anak kost. Tak lama, bapakku menelpon dan aku pun menceritakan tentang kondisi ibu yang kutemui di Klaten tadi. Awalnya, beliau kasih step yang cukup rumit, sangat birokratis dan tentu butuh waktu dan biaya yang besar, sedangkan aku butuh yang cepat. Beliau paham, oke, coba hubungi ibu D*** beliau di dikdasmen pusat. Hehe, sip boss.., ujarku saat itu. Setidaknya sudah dapat 1 kunci.. Malam ini bisa tidur tenang.

Besoknya, aku menelpon ibu D***, kembali menceritakan tentang kejadian di RS Hidayatullah kemarin. Aku baru tau ternyata adiknya beliau jurusan Sastra Prancis UI 2001, dan kebetulan aku kenal soalnya sama-sama bareng di IMASPI (Ikatan Mahasiswa Studi Perancis se Indonesia) dan mereka berdua pernah mampir di rumahku, makan bandeng bakar *BeBaQaran selalu jadi menu andalan.  Beliau janji bakal mengusahakan, secepatnya aku bakal dihubungi lagi. Semoga bisa, lagian aku juga bisa sambil mengerjakan LPJ Departemenku KOMINFO tercinta, sudah ditagih-tagih sama Atih bu mensesneg, dedline beberapa hari lagi. Garap cepat !!

Alhamdulillah berkat bantuan bu D*** dan beberapa pihak terkait *bahasanya, tidak terlalu memakan waktu lama, putri ibu tadi bisa pindah sekolah di salah satu SMK di Klaten dengan catatan langsung masuk di semester genap (Januari 2008) dan mesti duduk di kelas XI atau kelas 2 dulu, info lainnya, sekolah lama yang di Jakarta tersebut dapat SP dari Diknas DKI JKT agar tidak berlaku sepihak pada peserta didik *masalah pendidikan memang ga pernah selesai..

Hari itu juga, aku menghubungi ibu Pariyem, mengabarkan berita ini. Awalnya, aku ga enak juga waktu menjelaskan putrinya masih perlu duduk di kelas 2 lagi,. ‘Nggak apa-apa mba, yang penting anak saya bisa sekolah lagi dan dapat ijazah SMK’. Lega, beliau ternyata cukup mengerti. Dan kabar gembira lainnya, putrinya dibebaskan dari segala biaya baik di sekolah yang lama maupun yang baru.

Dan hari ini, 13 Juni 2009, putri remaja ibu tadi kini sudah lulus SMK, jurusan Administrasi Perkantoran. Katanya lagi, dia sudah diterima bekerja sebagai tenaga administrasi di sebuah biro konsultasi hukum di Klaten. Selamat ya Dek, semoga perjalananmu selalu dimudahkan oleh Allah SWT. Amiin

Jujur, aku salut dengan semangat ibu dan anak ini !!

SEKOLAH BISA !!

 

2 comments:

Heri Purnomo said...

jujur, ana salut antum..telah mengisahkan ibu dan anak ini.

ade mataho said...

:)

nuwun