Sunday, August 16, 2009

Satu lagi, nama panggilan yang khas dari Bima Dompu

Bismillah

Ada yang pernah ke Dompu atau Bima ?
Kalau mungkin ada yang sudah pernah ke sana , mungkin ga asing dengan nama-nama ini; Leto, Sedo, Neo, Hima, Mo'i, Boa, Tomi, Bodi, atau Kau.
Ya,  itu adalah nama-nama panggilan untuk orang Bima Dompu pada umumnya.
Nama-nama ini bukan diambil sembarangan atau asal comot saja, tapi didapatkan dari kebiasaan bertutur dalam masyarakat.

Inspirasi nama masyarakat Bima Dompu (suku Mbojo) lebih sering dari bahasa Arab yang agak panjang dan memiliki konsonan pada akhir nama. Nah, karena kebiasaan orang Bima Dompu yang suka menghilangkan satu bunyi atau lebih pada akhir kata atau gejala bahasa apokop kata orang, misal Langit jadi langi atau kasur jadi kaso, begitu juga pada nama.. dia bukan hanya menghilangkan 1 suku kata saja tapi merubah formasi nama yang sudah ada tanpa menghilangkan 2 konsonan inti.
Tujuannya, agar lebih menghormati si empunya nama yang dipanggil. Walaupun hanya dengan 'nama baru' itu saja tanpa embel-embel Pak atau Ibu di depannya, misal Pak Leto atau Bu Dau cukup dengan Letto atau Dau saja, itu sudah cukup, ga membuat yang dipanggil tersinggung.
Berbeda kalau kita manggil nama aslinya tanpa menyebut pak atau ibu di depan.. 'Syafruddin, tolong ambil meja itu' ... yang seperti ini terdengar kurang di telinga orang Bima.

Biar ga bingung,, ini nih contoh beberapa nama yang sudah diadopsi jadi Bima Dompu banget :)
- Latif, ga dipanggil Latif tapi Leto (bukan Letto lho.. :D)
- Syamsuddin, bukan Udin atau Syam tapi Sedo
- Syafruddin jadinya Sefo.
- Yasin dipanggilnya Seo.
- Hamid, jadi Hima (kalo udah tua) atau La Hami (kalo masih muda)

Kalo nama perempuan,
- Hafsah jadi Sau
- Jubaidah jadi Bodi :D
- Fatimah jadi Tomi
- Fatmah jadi Moa
- Khadijah jadi Doji
- Aminah,, Nau
- dll.

Sebuah panggilan yang cukup unik dan sepertinya telah menjadi kesepakatan secara turun temurun.. Tapi kalo nama panggilan sudah 3-4 suku kata biasanya sudah ga perlu disingkat lagi dan umumnya ini berlaku pada anak-anak yang lahir 1980-an hingga sekarang.
Misal, Ade ya tetap Ade noh hhe :)

Panggilan-panggilan tadi sudah lumrah, bisa dibilang sudah pakem secara tidak tertulis di sana.
Uniknya lagi, nama pendatang ga bisa dibolakbalik gitu saja. Misal,, Haryono.. ya cukup Har atau Yono saja bukan jadi Neo.. atau yang perempuan,, Misal Haryani.. cukup Yani aja bukan Nau. Tapi tetap, kalau nama-nama tadi yang punya orang Bima.. panggilannya bakal di Bimakan juga.. :).

Begitulah,,
sedkit lagi info tentang kampung halamanku :)
kalembo ade

met kemerdekaan RI,,


*sampai juga di langit biru Ramadhan :(*

4 comments:

kalipaksi bukan aku said...

trims

ade mataho said...

sami2 :)

muhammad hairil juna putra said...

bisa berbeda juga terkadang...misalnya syamsuddin bisa jadi deo, bisa juga sedo...

ada juga keunikan lain, biasanya juga punya nama penegasan yang terkadang sejarah pemanggilan itu lucu sekaligus terkadang terdengar miris karena seringkali menyangkut fisik atau sifat...ini terjadi karena ya orang bima dompu jaman dulu namanya banyak yang sama...Syamsuddin, Ibrahim, Ismail, Syarifuddin, Said, Zubaedah, Aminah, Attiyah dlll merupakan nama yg sering dijumpai...sehingga sering terjadi penambahan sebagai penegasan, misalnya panggilan saya kepada salah satu kakek yaitu Ompu Kero Koro, ompu itu kakek, kero itu untuk me-lia-kan nama beliau yang aslinya Karim, nah karena banyak yg punya nama Karim maka perlu ada penegasan yaitu koro artinya temperamental merunut kepada sifat beliau yg pemarah...ada juga deo janga, aslinya namanya Syamsuddin namun sering maling ayam (janga itu artinya ayam)....akhirnya dipanggil deo janga, untuk membedakan dengan deo-deo lainnya yg tidak maling ayam...he...he...he...tapi ada juga Hima janga, bukan karena suka maling ayam tetapi Hamid si pedagang ayam...atau juga Se'o ncepa, nama asli Said, berhubung beliau ada kekurangan pada fungsi kaki (defable) akhirnya dipanggil Se'o ncepa untuk membedakan dengan Said-Said lainnya...nah, memang terkadang terdengar miris penggilan tambahan itu, tapi yah begitulah namanya tradisi...yg jelas tidak boleh disebutkan di depan orangnya, ntar bisa tersinggung...

ade mataho said...

iya bang..

makasih sudah ditambahin lagi
Bimanya mana nih ^^